Selamat datang di SUMBER PAUD. Temukan apa yang tidak bisa ditemukan di tempat lain!

Jumat, 03 Juli 2015

Cara Tepat Perlakukan Anak Tunarungu

Masih ada kalangan yang kurang memperhitungkan penyandang tunarungu. Mereka memandang anak tunarungu selalu bergantung pada orang lain dan sulit bersosialisasi. Bagaimana pengasuhan orang tua untuk membentuk kemandirian mereka?
-------------------------------
PANDANGAN negatif tentu membuat anak tunarungu merasa kurang dihargai sebagai individu. Bahkan, muncul rasa rendah diri dan hanya ingin bersama orang tuanya saja. Padahal, anak tunarungu akan tumbuh dan menjadi pribadi dewasa yang mandiri.
Hal tersebut diungkapkan Eko Yuwono Putra, kepala SDLB-B Karya Mulia 1 Surabaya. ’’Secara fisik dan kognitif, sebenarnya mereka normal. Hanya bermasalah pada pendengaran yang berdampak pada pengucapan kata-katanya,’’ terangnya.
Dia menyarankan, anak-anak tunarungu tersebut seyogianya diperlakukan sama dengan anak normal. ’’Di sini, kelas 1–3 masih ditunggu. Orang tua masih tidak tega. Kelas 4–6 diantar jemput. Selanjutnya baru dilepas,’’ papar kepala sekolah yang juga mengajar pelajaran agama dan PKn tersebut.
Endah, guru kelas 1, menegaskan kondisi tersebut. ’’Semakin kita kasihan, semakin mereka tidak bisa mandiri,’’ ujarnya. Dia selalu menasihati orang tua siswa, kalau tidak mau perkembangan anak terlambat, jangan apa-apa ditawarkan. Biarkan mereka belajar berujar dan meminta sendiri.
Endah mengisahkan, anak-anak perlu memahami alasan tidak boleh memukul, menangis, dan bertengkar. ’’Ya diajarkan, kalau salah, ya minta maaf. Tiga kata wajib, maaf, terima kasih, dan tolong, harus mereka pahami,’’ imbuhnya.
Definisi mandiri, menurut guru 32 tahun tersebut, adalah saat mereka sudah tidak dilayani. Akan lebih baik jika mereka mampu membantu orang tua. Membersihkan rumah, misalnya. ’’Beri kepercayaan kepada mereka layaknya anak normal,’’ jelasnya.
Pada keadaan normal, seni komunikasi datang secara alami dengan proses pengulangan ketika anak mendengar ucapan orang sekitar. Pada anak tunarungu, peniruan yang dilakukan adalah peniruan visual. Mereka mengamati tindakan orang tua dan orang terdekatnya. Mereka punya cara sendiri dalam memahami apa yang dilihat. Tetapi, mereka juga membutuhkan informasi serta penjelasan untuk kemudian dipahami dan direkam dalam otak.
Lantas, bagaimana cara memberikan penjelasan kepada mereka? Menurut Endah, orang tua tentu harus menguasai bahasa isyarat. Namun, sebaiknya menggunakan bahasa verbal atau ujaran. Sebab, di dunia nyata, masyarakat umumnya menggunakan bahasa verbal.
Hanya segelintir orang yang paham bahasa isyarat. Bahasa verbal pun harus diucapkan pelan-pelan. Sebab, anak-anak tunarungu membaca gerak bibir lawan bicaranya. Ditambah mimik wajah. Teknik penggabungan seperti itu biasa disebut komunikasi total.
Setiap orang tua mempunyai strategi dalam menggiring anak tunarungu untuk mandiri. Sikap yang dibutuhkan adalah saling terbuka, selalu bertukar pikiran, mendukung, serta menghargai perbedaan pendapat pasangan.
Suyetno, 43, dan Jumaiyah, 36, adalah salah satu pasangan orang tua yang mendukung kemandirian anak. ’’Kalau masalah diskusi, biasanya tentang pendidikan anak,’’ kata Jumaiyah.
Mereka menyatakan tidak selalu mengerti maksud anak saat bercerita sepulang sekolah. Namun, mereka selalu menanggapi dengan menunjukkan ekspresi positif. Misalnya, tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepala. Pasangan tersebut juga sering berkomunikasi dengan pihak sekolah. Sebaliknya, Abdul Bakir, 42, sengaja memperlakukan anaknya yang menyandang tunarungu dengan istimewa.
Nuri Fauziah MPsi Psi, psikolog yang juga pendiri tiga daycare di Surabaya, menyatakan, orang tua yang memperlakukan anak tunarungu secara spesial rawan berakibat manja. Bahkan berisiko mematikan indra lain. ’’Pasti, dari yang kurang, ada yang lebih juga. Cari, asah, optimalkan,’’ tegas psikolog kelahiran Tasikmalaya itu.
Dia juga menekankan, penting untuk menunjukkan empati saat orang tua berhadapan dengan anak tunarungu. ’’Jangan kasihan. Bantu sesuai usia dan kebutuhan,’’ tandasnya.

Sumber: Jawa Pos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar